Melihat dengan mata kepala sendiri, seorang ayah yang memiliki anak gadis yang duduk di bangku sekolah menengah pertama tahun ketiga, datang kerumah salah satu kerabat dekatnya. Ba'da maghrib ia datang, dengan langkah yang tertatih, sorot mata yang mulai meredup, rambut yang kian memutih, menandakan umurnya yang sudah tak muda lagi. Memang rasanya tidak biasa ia bertamu pada waktu maghrib kala itu. Tuan rumah pun menyambut dengan senang hati. Perbincangan pun di lakukan hingga pada satu titk sang ayah mengungkapkan maksud dan tujuannya bertamu. Akhirnya diketahulah bahwa sang ayah berniat meminjam (red:hutang) uang sebesar Rp. 200.000 untuk melunasi SPP bulanan sang anak yang sejak bulan lalu belum bisa dibayarkan. ia bercerita dengan sedikit rasa marah, sedih dan malu. Bahwa anak gadisnya yang pada saat itu sedang menjalani Ujian Sementer Ganjil tiba-tiba secara mendadak harus dipulangkan oleh pihak sekolah karena diketahui ia belum melunasi SPP sekian bulan.
Bagaimana perasaan anda apabila kondisi ini terjadi pada anak anda sendiri atau adik kesayangan anda atau bahkan anda sendiri pernah mengalaminya.
berangkat dari kasus diatas maka timbul beberapa pertanyaan. Apakah seperti itu tata sekolah yang baik? seperti apa sekolah memposisikan siswa-siswa mereka? apakah harus siswa yang menjadi korban? dimana peran pemerintah?
Masalah pendidikan adalah pekerjaan rumah bangsa Indonesia yang masih belum rampung dan menjadi agenda besar. Salah satu masalah klasik yang membelit disamping masalah ekonomi, politik, pertahanan keamanan, dll.
lanjut...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar